Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Di wilayah Indo-Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap individunya bisa memproses 80 gram berat kering sedimen setiap harinya.
Beberapa spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis penting diantaranya: teripang putih (Holothuria scabra), teripang koro (Microthele nobelis), teripang pandan (Theenota ananas), teripang dongnga (Stichopu ssp) dan beberapa jenis teripang lainnya.
PERANAN TERIPANG DI ALAM
Berbagai jenis teripang yang menjadi target perikanan (fishing) meliputi berbagai ukuran mulai dari beberapa cm sampai berukuran panjang hampir satu meter. Di Indonesia, teripang target terdiri atas banyak jenis (multi species), dan beragam harga pasarnya. Teripang adalah hewan bentik yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai pakan (food chain) di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Di wilayah Indo-Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap individunya bisa memproses 80 gram berat kering sedimen setiap harinya.
PERDAGANGAN TERIPANG
Pemanfaatan teripang secara domestik relatif sangat sedikit dan mungkin tidak signifikan dalam nilai dan jumlah. Produk teripang terutama adalah untuk ekspor dengan tujuan Singapura, Hong Kong, dan Taiwan. Teripang sebagai komoditi perdagangan sudah dikenal sejak lama, Tidak banyak catatan yang bisa dijadikan acuan tentang kegiatan perburuan teripang di Indonesia. Namun kegiatan ini berlangsung terus dan cenderung meningkat intensitasnya dari tahun ketahun. Perburuan teripang oleh nelayan Madura dan Bugis bahkan sampai terumbu Ashmore di perairan utara Australia, paling tidak sejak awal 1700 an
Perdagangan teripang dilakukan oleh para eksportir yang mendapat suplai dari para tengkulak pengumpul. Namun karena teripang dianggap sebagai produk perikanan yang tidak penting, maka aktifitas perdagangannya nyaris tidak terkontrol (dikontrol) oleh instansi formal terkait. Kondisi demikian menyebabkan sulit memperoleh data produksi maupun ekspor yang reliable. Data import di Hong Kong memberikan angka-angka lebih konkrit yang bisa dipakai untuk menaksir produksi teripang di Indonesia. Menurut data ini, Indonesia sampai saat ini merupakan negara penghasil teripang terbesar di dunia. Namun demikian produk teripang dari Indonesia dikategorikan sebagai berkualitas rendah. Hal ini sangat ironis, karena akibat perdagangan ini Indonesia mengalami depleting resources teripang, tapi tidak sebanding nilai dolar yang mungkin diperoleh. Keadaan ini lebih disebabkan oleh tidak baiknya penanganan pasca panen produk teripang dari Indonesia tersebut. Tidak ada peraturan yang spesifik terhadap perdagangan teripang di Indonesia. Dengan demikian tidak ada istilah legal atau illegal terhadap kegiatan perdagangan teripang di Indonesia.
Permintaan pasar dunia akan produk teripang antara tahun 1983 – 1990 meningkat tajam. Sebagian permintaan ini disuplai dari Jepang dan Korea dengan jenis tunggal Stichopus japonicus. Sekitar tahun 1987 – 1989 produk teripang dunia mencapai 90000 ton, yang terdiri atas 78000 ton suplai berasal dari Pasifik Selatan dan Asia Tenggara, dan 12000 ton berasal produk temperate. Perdagangan terus meningkat dan tercatat sebesar 120000 ton pada awal 1990 an. Selama tahun 1990-an tercatat sekitar 40 negara melakukan perdagangan teripang untuk pangan, terutama mensuplai pasar Asia. Perdagangan teripang internasional, 80% ditujukan ke Hong Kong, dengan supplier utama adalah Indonesia dan Philipina. Hong Kong sendiri kemudian mengekspor kembali terutama ke Cina, juga ke Singapura dan Taiwan. Kebutuhan teripang di Singapura, hampir 50% diimpor dari Hong Kong, sedang sisanya diperoleh antara lain dari PNG, Tanzania dan Madagaskar.
PENGELOLAAN DAN KONSERVASI
1. Penyediaan benih Teripang
Benih teripang yang dipilih seragam, baik jenis maupun ukuran. Ciri benih yang baik adalah tubuhnya berisi dan tidak cacat. Hindari juga pemilihan benih yang sudah mengeluarkan cairan warna kuning. Sebaiknya pengangkutan benih tidak dalam waktu lama (lebih dari satu jam) dan dalam keadaan tertumpuk/padat. Pengangkutan benih dilakukan pada pagi hari atau malam hari atau saat suhu rendah. Wadah yang digunakan dalam pengangkutan diberi substrat pasir, khususnya untuk sistem pengangkutan terbuka.
2. Penebaran benih Teripang
Benih teripang dengan bobot awal 4o-6o g ditebar ke dalam kurung tancap dengan kepadatan 5-6 ekor/m 2. Penebaran dilakukan pada pagi, sore hari, atau saat suhu udara/air rendah. sebelum benih ditebar, benih perlu diadaptasikan terlebih dahulu untuk kondisi salinitas dan air di lokasi budi daya.
3. Pemberian pakan Teripang
Pakan teripang terdiri dari mikroorganisme, seperti bakteri dan ptotozoa, jasad benthos, makro alga, dan detritus. Selama pemeliharaan yang berlangsung sekitar 4-5 bulan, benih teripang diberi pakan berupa kotoran ayam, kompos, atau dicampur dedak 0,1 kg/m2 sebanyak satu kali dalam seminggu. Kotoran ayam atau dedak halus sebelum ditebar dicampur dengan air bersih, lalu diaduk merata agar tidak hanyut atau terapung. Pemberian pakan tersebut dilakukan pada saat air surut. Pemberian kotoran ayam berfungsi sebagai pupuk untuk merangsang pertumbuhan diatomae yang merupakan pakan utama teripang.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit Teripang
Jenis hama yang sering dijumpai datam kurungan teripang adalah kepiting, bulu babi, dan bintang laut. Pengendaliannya dengan pengambilan hama secara manual dengan periode tertentu. Sementara itu, jenis penyakit yang menyerang
5. Panen Teripang
Teripang ukuran konsumsi dengan bobot 300-500 g dapat dicapai setelah dipelihara selama 4-5 bulan untuk memanennya. Panen teripang dilakukan pada saat air surut terendah. Panen dilakukan beberapa kali karena banyak yang membenamkan diri dalam pasir atau Lumpur. Untuk mengetahui apakah teripang sudah terpanen semuanya, dilakukan pengecakan pada saat air pasang karena teripang senang keluar dari persembunyiannya setelah air pasang.
Teripang mempunyai fungsi ekologi disamping fungsi ekonomi sebagai komoditi perikanan/perdagangan. Secara ekologis teripang berfungsi membantu proses dekomposisi zat organik yang ada dalam sedimen, dan melepaskan atau menghasilkan nutrisi kedalam rantai makanan. Kelestarian merupakan kata kunci yang harus diupayakan. Pengaturan eksploitasinya/ pemungutannya nampaknya perlu diwujudkan, untuk segera mengantisipasi terjadinya pungut lebih (overexploitation). Kelestarian sumberdaya teripang mempunyai dua aspek, melindungi keberadaan sumberdaya tesebut, dan menjaga keberlanjutan kegiatan perikanannya. Ancaman kepunahan teripang akibat kerusakan habitat, perlu disinkronkan dengan konservasi terumbu karang. Teripang komersil umumnya hidup berasosiasi dengan terumbu karang.
Perburuan teripang untuk tujuan komersil telah sampai pada tingkat ekploitasi berlebihan (overexploitation). Depleted resources telah terjadi terhadap jenis yang mempunyai nilai jual mahal dan sedang, seperti teripang pasir Holothuria scabra, teripang susuan H. nobilis dan H. fuscogilva, teripang lotong Actinopyga miliaris, teripang batu A. lecanora dan lain-lain. Terhadap teripang lainnya yang relatif murah yang sekarang juga menjadi target perburuan, depleting resources sudah mulai terlihat. Dengan azas manfaat dan lestari, maka eksploitasi teripang seharusnya berjalan terus namun perlu pengelolaan semestinya.
Produksi teripang tidak bisa mengandalkan populasi alami secara terus menerus. Produksi teripang berbasis budidaya perlu secepatnya direalisasikan, disamping upaya pengayaan stok (stock enhancement) di habitat alaminya. Kedua hal ini perlu ketersediaan stok “benih” teripang hasil rekayasa pembenihan. Rekayasa pembenihan teripang telah terwujud di Jepang, Cina, India, Vietnam, Solomon, dan Fiji. Upaya pembenihan teripang pasir Holothuria scabra juga telah dilakukan di Indonesia pada dekade belakangan ini dan telah sampai pada penguasaan tehniknya.
Dari uraian dimuka disimpulkan bahwa Indonesia merupakan sumber (pemasok) utama produk teripang dalam pasar global. Paling tidak ada 25 jenis teripang berpotensi komersil, 10 jenis diantaranya bernilai laku mahal. Tidak ada peraturan khusus berkaitan dengan perburuan teripang di Indonesia. Perhatian terhadap sumberdaya teripang cenderung tidak proposional, bahkan teripang dianggap sebagai komoditi yang tidak penting. Sementara itu depleting resources teripang sudah dirasakan mengarah pada kelangkaan beberapa jenis “mahal”. Berkaitan dengan wacana CITES yang sekarang sedang berkembang terhadap sumberdaya teripang, perlu antisipasi peraturan eksploitasinya. Bila legal fishing terhadap teripang nantinya diterapkan, perlu adanya law enforcement yang konsekuen dan konsisten. Pengelolaan sumberdaya teripang adalah upaya untuk melestarikan eksistensinya dan memperoleh manfaat optimal bagi nelayan, eksportir, maupun importir, dengan tetap me maintain keberadaaan teripang dalam fungsi ekologi dan juga memenuhi kebutuhan maupun aspirasi generasi mendatang.
Sumber :
http://selengkapnya5.blogspot.com/2005/03/teripang-holothurians-perlu-dilindungi.html
http://fppb.ubb.ac.id/?Katagori=Perikanan&&judul_artikel=Budidaya%20Teripang%20Dan%20Prospeknya%20Di%20Masa%20Mendatang&&id=376&&Page=artikel_ubb&&ID_Menu=376
No comments:
Post a Comment